Saturday, August 22, 2009

kerajaan majapahit

Prasasti Kudadu (1294 M)

Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Krtajaya Jayawardhana Anantawikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepaa desanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.

Prasasti Sukamerta (1296 M) dan Prasasti Balawi (1305 M)

Mengenai Raden Wijaya yang telah memperisteri keempat putri Kertanegara yaitu Sri Paduka Parameswari Dyah Sri Tribhuwaneswari, Sri Paduka Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita, Sri Paduka Jayendradewi Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Paduka Rajapadmi Dyah Dewi Gayatri, serta menyebutkan anaknya dari permaisuri bernama Sri Jayanegara yang dijadikan raja muda di Daha.

Prasasti Wingun Pitu (1447 M)

Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan sistem birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha, Kahuripan, Pajang, Werngker, Wirabumi, Matahun, Tumapel, Jagaraga, Tanjungpura, Kembang Jenar, Kabalan, Singhapura, Keling, dan Kelinggapura.

Prasasti Canggu (1358 M)

Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo.

Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M).

Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.

Prasasti Karang Bogem (1387 M)

Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem. Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt). Mengenai sengketa tanah. Persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adata setempat.

Prasasti Katiden I (1392 M)

Menyebutkan tentang pembebasan daerah bagi penduduk desa Katiden yang meliputi 11 wilayah desa. Pembebasan pajak ini karena mereka mempunyai tugas berat, yaitu menjaga dan memelihara hutan alang-alang di daerah Gunung Lejar.

Prasasti Alasantan (939 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan.

Prasasti Kamban (941 M)

Meyebutkan bahwa apada tanggal 19 Maret 941 M, Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah Matanggadewa meresmikan desa Kamban menjadi daerah perdikan.

Prasasti Hara-hara (Trowulan VI) (966 M).

Menyebutkan bahwa pada tanggal 12 Agustus 966 M, mpu Mano menyerahkan tanah yang menjadi haknya secara turun temurun kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku Nairanjana untuk dipergunakan membiayai sebuah rumah doa (Kuti).

Prasasti Wurare (1289 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 21 September 1289 Sri Jnamasiwabajra, raja yang berhasil mempersatukan Janggala dan Panjalu, menahbiskan arca Mahaksobhya di Wurane. Gelar raja itu ialaha Krtanagara setelah ditahbiskan sebagai Jina (dhyani Buddha).

Prasasti Maribong (Trowulan II) (1264 M)

Menyebutkan bahwa pada tanggal 28 Agustus 1264 M Wisnuwardhana memberi tanda pemberian hak perdikan bagi desa Maribong.

Prasasti Canggu (Trowulan I)

Mengenai aturan dan ketentuan kedudukan hukum desa-desa di tepi sungai Brantas dan Solo yang menjadi tempat penyeberangan. Desa-desa itu diberi kedudukan perdikan dan bebas dari kewajiban membayar pajak, tetapi diwajibkan memberi semacam sumbangan untuk kepentingan upacara keagamaan dan diatur oleh Panji Margabhaya Ki Ajaran Rata, penguasa tempat penyeberangan di Canggu, dan Panji Angrak saji Ki Ajaran Ragi, penguasa tempat penyeberangan di Terung. Sumber : Situs majapahit-kingdom.com

kerajaan kediri

Sumber-sumber Prasasti
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kediri antara lain yaitu:

  1. Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
  2. Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.

Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi prasasti-prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga ditemukan berita Cina yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain.

Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M

kerajaan mataram kuno

KERAJAAN mataram kuno / mataram lama

Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan Bengawan Solo. Keadaan tanahnya subur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup pesat.

Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahui melalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.

Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebut yaitu antara lain:

a.

Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.

Anda masih Ingat arti dari istilah Candrasangkala? Kalau Anda lupa, baca kembali kegiatan belajar 1.

Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja mula-mula Sanna kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).

Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang tempat Sanjaya mendirikan Lingga di candi Gunung Wukir maka simaklah gambar 11 berikut ini!


Gambar 11. Candi Gunung Wukir

Gambar 11 merupakan gambar reruntuhan candi Gunung Wukir di halaman candi ini tempat ditemukannya prasasti Canggal. Selanjutnya simak prasasti berikutnya.

b.

Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja Panangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti Kalasan tersebut ternyata adalah candi Kalasan yang terletak di sebelah timur Yogyakarta. Untuk lebih mengenal candi tersebut, silahkan amati gambar 12 berikut ini!


Gambar 12. Candi Kalasan

Gambar 12 yaitu candi Kalasan tersebut adalah candi yang berciri agama Budha yang dibangun oleh Raja Panangkaran. Untuk selanjutnya nama raja Panangkaran akan Anda temui pada prasasti berikutnya.

c.

Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.

d.

Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.

mataram hindu budha


Sumber-sumber Prasasti
Mengenai bukti yang menjadi sumber sejarah berlangsungnya kerajaan Mataram dapat diketahui melalui prasasti-prasasti dan bangunan candi-candi yang dapat Anda ketahui sampai sekarang.

Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama tersebut yaitu antara lain:

a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala. Anda masih ingat arti dari
istilah Candrasangkala? Kalau Anda lupa, baca kembali kegiatan belajar 1.
Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja
mula-mula Sanna kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara
perempuan Sanna). Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang tempat Sanjaya
mendirikan Lingga di candi Gunung Wukir maka simaklah gambar 11 berikut ini!

b. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk Dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh
Raja Panangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti Kalasan tersebut ternyata adalah
candi Kalasan yang terletak di sebelah timur Yogyakarta. Untuk lebih mengenal candi
tersebut, silahkan amati gambar 12 berikut ini!

c. Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi,
Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti
Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.

d. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Menurut para ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu
yang terletak di Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan
pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Wednesday, August 19, 2009

sriwijaya

KERAJAAN SRIWIJAYA

Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M).

Jika Anda ingin mengetahui perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim, maka Anda harus mengetahui terlebih dahulu sumber-sumber sejarah yang membuktikan keberadaan kerajaan tersebut.

Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia.

Sumber-sumber dari dalam negeri
Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.

Untuk mengetahui keberadaan prasasti tersebut, simaklah uraian materi berikut ini!

a.

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang dekat Palembang, berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.

b.

Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka / 684 M. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.

c.

Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun 683 M.

d.

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka / 686 M.

e.

Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.

f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun.

Keempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang bukit, dan Palas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.

Dari penjelasan tentang prasasti-prasasti tersebut, apakah Anda dapat memahami keberadaan kerajaan Sriwijaya? Untuk menambah lagi pemahaman Anda simaklah uraian materi tentang sumber-sumber sejarah Sriwijaya yang berasal dari luar negeri baik yang berupa prasasti maupun berita Cina dan Arab.

Sumber-sumber prasasti
Sumber yang berupa prasasti ditemukan di Semenanjung Melayu berangka tahun 775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu, daerah Ligor. Untuk itu prasasti tersebut, diberi nama Prasasti Ligor.

Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa raja Sriwijaya.

tarumanagara

Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa 7 buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan beliau memerintah sampai yahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan

Tarumanegara meninggalkan 7 (tujuh) prasasti:

[sunting] Prasasti Ciaruteun

Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

  1. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
  2. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat

[sunting] Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.

[sunting] Prasasti Kebonkopi

Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.

[sunting] Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.

[sunting] Prasasti Pasir awi

Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.

[sunting] Prasasti Cidanghiyang

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

[sunting] Prasasti Tugu

Prasasti Tugu di Museum Nasional

Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:

  1. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
  2. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
  3. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

kutai

KERAJAAN KUTAI

Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.

Untuk mengetahui bentuk yupa tersebut silahkan Anda amati gambar 5. berikut ini.

Gambar 5. Prasasti Yupa dari Kutai

Setelah Anda melihat gambar 5 tersebut, silahkan Anda tulis huruf dan bahasa yang dipakai dalam prasasti tersebut! tulis jawaban Anda pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1.

Prasasti Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya.


Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, ia putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.

Dari penjelasan tersebut, silahkan Anda buat silsilah raja-raja Kutai pada kolom berikut ini.
Silsilah Raja-raja Kutai
1. ...................................................
2. ...................................................
3. ..................................................

Dalam prasasti Yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai dewa Ansuman/dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja.

Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam Agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, ia yang menurunkan raja-raja Kutai.

Dari penjelasan uraian materi tersebut di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau Anda sudah paham, simak uraian berikutnya :

Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/ erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Dengan adanya istilah Waprakeswara, tentu timbul pertanyaan dalam diri Anda, apa yang dimaksud dengan Waprakeswara?

Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa. Di pulau Jawa disebut Baprakewara.

Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.

Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh, apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.

Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) atau disebut upacara Vratyastoma.

Upacara Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Dengan adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama dalam hal penguasaan terhadap bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

DISCO-STU

Discography Of Science 2. pertama banget masuk kelas 11 rasanya 29748839259132748:>":}^&}}@ it means AHHHHHH GA MAUUUUU!! gila aja udah 1 tahun bareng sama anak2 SINTESIX a.k.a (SINERGY OF TEN SIX) harus dipisahin. ga rela lah ya. tapi kan show must go on, masa harus stuck gitu cuma gara2 pisah. yang jelas sekarang gue udh si kelas 11.
pertama kali masuk ngiiiiiiiiiiiiiiiiing -______- malesin banget deh anak2 nya ga kenal semua, ada sih 3 orang yg dari X.6 tapi itu juga ga terlalu deket. bingung bingung deh mau duduk sm siapa, alhasil gue duduk deh sm Erwin Gumilang.
seminggu di kelas 11 masih garing superduper garing. tapi lama kelamaan kelas lumayan asik juga. haaah liat aja nih foto2 kita yang kayanya dua minggu kita di kelas 11 ipa 2.
(liat deh Sonia & Keisa, kartun kan? hahaha)
(dari kiri : Gue, Sonia, Keisa, Erwin, Bunga, Ikhsan)
(yang lagi 'metal' itu namanya Hani omy hahaha)(nah yang paling ujung namanya Icha)(dog! foto paling kartun)

hahahhaha ngakak deh kalau liat foto2 ini. ini juga baru 1/4 nya nih, di facebook gue masih ada 100 an lagi HAHAHHAHA.